AYU WULAN PALUPI WIDODO (X-9 / 06)
TEKS LAPORAN
“PENDIDIKAN FORMAL”
Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang diperoleh secara teratur sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisiendari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada generasi muda dalam mendidik warga negara.
Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup (lifelong education), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini ada;ah pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh;
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) mengartikan “pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.
Mudyahardjo (2001:6) menyimpulkan “pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal”.
Dictionary of Psychology (1972) menerangkan bahwa “pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya”.
Menurut John Dewey “pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya”.
Kesimpulannya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keserdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta bangsa dan negara.
Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :
sosiologi memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi,
antrophologi memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi,
psikologi memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. psikologi menurut woodward dan maquis (1955:3) adalah “studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya”,
ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani (human capital) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa,
politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang diharapkan (civilisasi) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seharusnya pendidikan itu dilaksanakan. Praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik.
Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia
Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.
Kualitas Pendidikan di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima dijurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.
TEKS EKSPOSISI
“PENDIDIKAN FORMAL”
TESIS
Kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima dijurusan yang lain atau kekurangan dana. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka juga harus memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena inidibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur, mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun. Ini bukan masalah satu-satunya yang timbul dalam pendidikan.
ARGUMENTASI
Keyakinan ini tentu beralasan mengapa kualitas pendidikan di Indonesia sangat buruk. Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat tercapi tujuan sesui dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen,guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran. Efisiensi Pengajaran di Indonesia adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih “murah”. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Selain itu, rendahnya kualitas sarana fisik juga mempengaruhinya. Sarana fisik yang ada kualitasnya sangatlah rendah. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan yang kurang lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai, dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium, dan sebagainya. Aspek lain yang menyebabkan rendahnya pendidikan tidak hanya itu saja. Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di kalangan pendidik. Namun kenyataannya masalah kesejahteraan guru belum mendapatkan perhatian besar dari pemerintah. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Guru sebagai tenaga kependidikan juga memiliki peran yang sentral dalam penyelenggaraan suatu sistem pendidikan. Sumber daya pengelola bukan hanya guru atau kepala sekolah, melainkan sumber daya yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan suatu satuan pendidikan. Rendahnya mutu dari SDM pengelola pendidikan secara praktis tentu dapat menghambat keberlangsungan proses pendidikan yang berkualitas, sehingga adaptasi dan sinkronisasi terhadap berbagai program peningkatan kualitas pendidikan juga akan berjalan lamban.
PENEGASAN ULANG PENDAPAT
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Selain itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidak merataan tersebut. Maka solusi untuk masalah-masalah yang ada khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan seperti pendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada.
TEKS ANEKDOT
“PENDIDIKAN FORMAL”
Di suatu jalan ada 2 orang anak yang sedang ngobrol tentang sekolah dan pekerjaan mereka. Mereka bernama Dion dan Doni. Keadaan semula biasa-biasa saja dan hening. Tapi keadaan berubah ketika keduanya saling membicarakan keadaan sekolahnya masing-masing dan pekerjaan mereka.
Mari simak teks anekdot di bawah ini kawan.
Dion : hay den !! apa kabar ?
Deni : ahg, baik. Kamu gimana ?
Dion : aku juga baik. Nasib-nasib, saya sudah melamar pekerjaan di perusahaan terkenal tidak diterima. Melamar di Instansi juga tidak diterima. Padahal aku sudah sekolah yang tinggi. Tapi kamu, baru melamar satu kali saja sudah langsung diterima dan bekerja. Padahal kamu sekolah hanya di sekolah biasa. Bagaimana denganku ?? Den,, kamu kan temenku, ayolah bantu aku agar aku bisa diterima dan segera mendapat pekeraan.
Deni : haha,,, ya jelas lah kamu tidak diterima di perusahaan manapun meski sekolahmu tinggi. Yang tinggi itu kan bangunan sekolahmu bukan perguruanmu. Orang kamu saja tidak lulus SD. Mana bisa diterima di instansi terkenal. Haha (Deni sambil tertawa terbahak-bahak ketika menjelaskan kepada dion)
Dion : oh iya ya,, hehehe.
Suasana kembali hening seperti semula.
STRUKTUR TEKS
Abstraksi : ada 2 anak yang sedang membicarakan sekolah dan pekerjaan mereka masing- masing.
Orientasi : suasana jalan semula biasa-biasa saja dan hening.
Krisis : sekolah tinggi dipelesetkan menjadi bangunan sekolah yang tingkat/ tinggi. Padahal yangdimaksut sekolah tinggi adalah pendidikannya.
Reaksi : Deni tertawa sambil terbahak-bahak.
Koda : Suasana kembali hening seperti semula.